Selasa, 31 Agustus 2010

Memotret Objek dengan background Langit Biru

Saat melakukan pemotretan outdoor, kadang kita tergiur untuk memotret orang/objek dengan background langit biru (cerah). Biasanya kondisi ini dapat diperoleh pada siang hari (diatas jam 10). Akan tetapi, biasanya hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan, misalnya objek dalam foto tersebut menjadi siluet atau background langitnya menjadi putih (over).

Hal ini terjadi karena lightmeter kita tertipu oleh kondisi pencahayaan yang sulit, yakni latar belakang terlalu terang (langit biru yang cerah) sedangkan objek lebih gelap dari background langit. Sehingga ketika kita melakukan metering ke langit objek tadi menjadi siluet, sedangkan bila kita melakukan metering ke objek, langit menjadi putih.

Kondisi tersebut dapat diatasi dengan penggunaan lampu flash. Tujuannya agar objek dan background terlihat jelas (tidak over ataupun siluet). Berikut ini langkah-langkah pemotretannya :

1. Aturlah angle dan komposisi foto yang akan dibuat.

2. Gunakan mode manual pada kamera.

3. Aktifkan lampu flash

4. Aturlah shuter speed yang aman agar kamera stabil (tidak goyang), biasanya saya mengatur shuter speed, 1/ISO atau 1/focal length lensa.

5. Lakukan metering ke langit, kemudian atur aperture sehingga indicator lightmeter kamera menunjukan exprosure yang under (bisa ½ ,1, atau malah 2 stop), biasanya dengan cara mengecilkan aperture, lalu atur focus.

6. Terakhir, pencet shuter kamera anda.

Teknik diatas terkadang memunculkan error berupa obyek yang difoto sedikit over. Hal ini bisa diatasi dengan mengecilkan aperture kamera dan menurunkan intensitas lampu flash. Jarak pemotretan dengan objek juga perlu diperhatikan dalam teknik ini. Jika menggunakan flash internal (GN 12-15), maka jarak pemotretan antara kamera dan obyek tidak boleh terlalu jauh (1-2 meter), sedangkan jika menggunakan flash external dengan GN yang lebih besar, maka jarak pemotretan boleh lebih jauh.




F/8 1/400 ISO 100

F/8 1/400 ISO 100

F/8 1/400 ISO 100

Fotografi Makro

Prakata:


Fotografi adalah dua kata yang berarti Photos dan Graphos,

dimana arti secara harfiahnya adalah “Melukis dengan Cahaya”.

Didalam kategori dunia fotografi kita akan menemui salah satunya adalah fotografi makro.Yang mana pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan sangat menarik untuk di pelajari serta di dalami.

Mengapa Makro? Jawabannya mungkin banyak sekali, dan bahkan tidak akan mencukupi bila disebutkan semuanya disini.

Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan antara lain:

  • Untuk bahan Scientific/ identifikasi species (satwa/tumbuh2an).
  • Untuk Engineering, metallurgy, manufacture.
  • Untuk tujuan promosi/marketing suatu benda/hewan/tumbuh2an .
  • Untuk keindahan , bahwa di dunia ini ada makhluk lain cipta’an Tuhan yang tidak bisa kita melihat keindahannya dengan mata biasa.

Dan masih banyak lainnya.

Detail suatu benda/object, komposisi dan bentuk suatu benda yang kecil, pastilah kita akan selalu luput memperhatikannya, maka dengan makro fotografi kita akan bisa melihat dengan jelas secara detail, baik warna maupun bentuknya.

Jadi melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail mata/facet sebuah lalat (yang mungkin kita akan jijik ketika melihat lalatnya) akan menjadi indah bentuk dan warnanya, proses penyerbukan putik pada bunga oleh lebah, kupu2 yang sedang menghisap madu, lekuk detail ukiran sebuah koin, bahkan membekukan sebuah lebah yang sedang terbang.

Seiring dengan bertambah majunya era digitalisasi saat ini, mempelajari fotografi makro adalah hal yang tidak sulit, tidak seperti di era fotografi saat masih menggunakan kamera analog plus negative film.

Oleh sebab itu pada saat era digital saa ini, fotografi makro dapat dilakukan oleh siapa saja ,tua maupun muda, lelaki atau perempuan, bahkan untuk fotogafer pemula dan kamera yang bukan pro, asal saja dilakukan dengan sungguh-sungguh .

Fotografi Makro

Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam dunia Micro.

Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau pun dari jarak terentu dengan menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung konsep “Foto yang berbicara” dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan.

Benda-benda yang dapat di makro adalah:

Ø Benda mati/diam

Seperti: sendok/garpu,perhiasan, uang koin, perangko,bunga,miniature mobil2an, souvenir dll.




Ø Makhluk hidup

Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba2, dll





Alat bantu untuk fotografi makro:

* Kamera Saku/Prosumer

Dengan kamera saku/prosumer pun kita bisa mengabadikan keindahan sebuah bunga mawar, sebuah kupu2 yang hinggap di bunga untuk menghisap madunya. Karena saat ini tekhnologi digital telah memungkinkan kita untuk melakukan fotografi makro dengan hasil yang tidak kalah bagusnya dengan kamera professional. Hampir semua kamera saku/prosumer yang sudah menyediakan fasilitas macro (biasanya ditandai dengan lambing gambar bunga tulip). Dan memungkinkan kita memotret dengan jarak focus kamera dan bendanya hingga beberapa sentimeter saja.

Saat ini sudah tersedia filter/alat tambahan yang dapat di pasang di kamera saku didepan lensanya untuk fotografi makro seperti Raynox dan filter lainnya untuk mendapatkan pembesaran yang lebih .

* Kamera SLR (Single Lens Reflex) baik analog maupun digital.

Semua kamera SLRDSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro dengan menggunakan lensa yang berbeda-beda , dan biasanya jarak antara focus lensa ke objectnya akan berbeda tergantung jenis lensa yang kita gunakan.

Untuk lensa khusus makro biasanya jarak object ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita dapatkan titik focus biasanya lebih dari 1 meter dari object.

Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up,filter Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang di tempelkan didepan lensa, maka jarak antara object dan lensa akan semakin dekat untuk mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan extension tube yang dipasang diantara lensa dan odi kamera.

Pembagian fotografi makro menggunakan kamera SLR/DSLR

Umum:

  • Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda “bunga tulip”(bisa untuk foto makro )
  • Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter..

Untuk lebih jelasnya maka lensa2 dibawah ini adalah yang biasa di pergunakan untuk fotografi makro:

# Lensa Makro Normal : 50mm

# Lensa Makro Mid tele : 90-105mm

# Lensa Makro Tele : 150-180mm

Ekstrem:

  • Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan tambahan sebuah adapter khusus.
  • Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.
  • Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,
  • Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:

  1. Lighting (sumber cahaya)

Dibagi dalam 2 :

# Natural lighting/cahaya alam/Matahari/available light

# Artifisial lighting (Flash dan lampu studio)

  1. Depth Of Field (DoF)

DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan.

Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur.

Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).

Faktor yang mempengaruhi DoF adalah :

    • Panjang Lensa :makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan
    • Jarak focus : Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
    • Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.

Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb.

Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relative sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape).

  1. Fokus

# Auto fokus

# Manual fokus

Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan.

Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.

Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus.

  1. Komposisi

Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.

Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.

  1. Lokasi

# Indoor

Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio.

# Outdoor

Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.


  1. Tripod atau handheld

Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.

Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur.

Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik .

Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga.


  1. Mood dan kesabaran

Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya.

Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga.

Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.


  1. Moment dan keberuntungan

Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.

Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya.

Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya.

Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin.

Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga.

# Pelajari /baca wajah daripada object:

Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa.

Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah sisi terbaik dari penampilan bunga tsb. Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil seperti putik atau benang sarinya.

Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya.

# Background yang bersih:

Usahakan semaksimalnya BG/background itu bersih/simple yang mendukung POInya. Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan kain berwarna sebagai BGnya.

# Hindari Angin:

Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.

# Sabar menunggu momen yang tepat:

Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb.

Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita.

Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan.

# Tahan napas saat menekan shutter kamera.

Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake.

# Tambahan cahaya:

Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya.

Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .







Minggu, 29 Agustus 2010

Sekilas Fotografi Panggung

Pendahuluan


Sample Image


Sharing ini saya tujukan bagi rekan rekan fotografer di bandung dan di jkt yang senantiasa memberikan masukan dan saran, HFB genk dan tetua2x yang suka ngasih kritik nan tajam di FN dan lainnya, thx guys ..:) Seiring dengan perkembangan dunia fotografi yang sangat pesat akhir akhir ini, banyak sekali fotografer yang berusaha mengabadikan momen konser musik di tanah air. Harga kamera DSLR yang makin lama makin terjangkau membuat masyarakat kita mulai menggandrungi hobi fotografi ini .Tulisan ini saya buat karena banyak diantara rekan rekan meminta tips dan trik seingkat mengenai topic yang cukup menarik,bernama fotografi panggung yang kadang juga disebut Concert Photography atau Stage Photography . Concert photography memerlukan latihan dan perencanaan, karena dalam prakteknya kita menangkap moment dengan kombinasi dari lampu lampu panggung , cahaya yang rendah dan terbatas, dan objek yang kadang bergerak tak terduga digabung dengan waktu pengambilan foto yang sangat terbatas. Hal ini fotografi panggung menjadi sesuatu yang unik dan kadang membuat frustasi seorang fotografer Disini saya mencoba untuk berbagi dengan rekan rekan mengenai pengalaman saya yang kebanyakan otodidak saja dan saya juga mengaku baru dalam tahapan belajar dan memulai serius menekuni hobby fotografi panggung ini 3 tahun kebelakang. Artikel ini mengenai foto panggung ini nantinya akan dibahas sedikit meliputi peralatan yang diperlukan, setting kamera yang sering saya digunakan, etika foto panggung dan terakhir post-processing.



Tiga lagu saja, dan NO FLASH

Saya mendokumentasikan beberapa konser musik akhir akhir ini dan hal tersebut memberikan passion tersendiri bagi saya, berbeda dengan foto produk, olahraga , modeling dan lainnya. Concert photography adalah tugas yang menantang dan fun, tapi dengan peralatan dan teknik yang kurang tepat , hasil foto dan dokumentasi yang nanti dihasilkan ,mungkin tidak tepat sesuai dengan harapan. Jujur saja , kadang selain kita bisa menikmati konser secara gratis kita juga bisa mendokumentasikan banyak moment penting dalam sebuah pertunjukan.

Bayangkan jika anda sedang berada dalam sebuah konser atau pertunjukan musik, anda berada diantara ratusan bahkan ribuan orang yang menghadiri konser itu, dan anda beruntung berada tepat di depan artis yang akan tampil . Jika anda penonton anda harus datang berjam jam sebelum pertunjukan untuk mendapat antrian di awal. Tapi bila anda seorang fotografer anda beruntung tidak usah mengantri sejak awal untuk mendapatkan moment terbaik dari pertunjukan dan menangkap energi dari artis yang akan tampil meliputi beberapa faktor yang membuat fotografi panggung ini juga merupakan tantangan bagi fotografer, meliputi gerakan dari artis yang unpredictable, cahaya lampu yang kadang mengganggu, disamping juga ada faktor low lighting, juga waktu pengambilan foto yang kadang dibatasi hanya tiga lagu saja .

Jika anda seorang fotografer dan jurnalis yang mengerti tentang aturan main dan etika foto panggung tentunya sudah terbiasa dengan pakem industry standard 'three songs’ dan aturan ‘no flash' . Tapi terkadang kita menemukan juga banyak fotografer dan penonton melanggar hal ini dan tentu saja mengganggu dari penampilan sang artis sendiri. Biasanya waktu yang diberikan pada fotografer sekitar 10 menit untuk berada tepat di depan panggung dan meng capture moment yang ada termasuk lampu lampu panggung yang memberikan nuansa artistik yang dramatis dan indah . Alasan lain yang mendukung tidak diperbolehkannya penggunaan flash pada fotografi panggung adalah lampu dari kamera / flash ini akan bentrok dengan detail yang diberikan oleh lampu lampu yang ada di panggung sehingga hasil foto nya akan terlihat flat dan tidak berkesan ada ‘energy’ yang keluar dari artis yang sedang tampil karena didukung oleh lampu panggung tadi. Alasan lain adalah, flash memiliki waktu recycle yang relatif lambat untuk menangkap momen yang ada di panggung.

Persiapan

Persiapan ini dalam artian, bukan hanya dari gears atau peralatan fotografi yang akan kita bawa, namun meliputi juga hal hal pendukung, seperti ID pers atau kartu Identitas lainnya yang membolehkan kita membawa kamera selama konser dan mendokumentasikan pertunjukan tersebut. Jika kita mengantisipasi untuk mengganti lensa selama pertunjukan, bawalah tas yang bisa mengakomodir hal tersebut, dan usahakan se-sederhana dan seaman mungkin dan sering lah berlatih untuk cepat mengganti lensa jika diperlukan. Namun bila anda memiliki body camera lebih dari satu, ada baiknya memasang satu body camera dengan lensa wide dan lensa tele pada body camera yang lain . Jangan lupa cek memory card bila menggunakan kamera digital , atau cadangan film bila menggunakan kamera analog dan terakhir adalah cek batere cadangan bila diperlukan. Ada baiknya untuk hal hal pendukung ini, disimpan di tempat yang mudah terjangkau oleh tangan, bisa di saku celana atau bisa juga menggunakan rompi fotografer, karena kita melakukan kegiatan foto panggung ini di posisi yang berdesak desakan dan gelap, sehingga kita harus semudah dan seaman mungkin nantinya dalam menyiapkan segala sesuatunya.

Gear

Gear yang biasa saya gunakan : Body Kamera : Canon EOS 400D , Lensa : Canon EF- 70-200 f4.0L/USM, Tamron 17-50mmf2.8 XR Di II dan Tokina 12-24 f4.0 AT-x AF

Kamera

Kini , hampir semua fotografer menggunakan Digital SLR, Ada baiknya kita menggunakan kamera yang bekerja baik di ISO tinggi untuk mendapatkan hasil yang baik, nantinya kita banyak menggunakan ISO 800 keatas. Karena saya menggunakan kamera Canon, saya menggunakan Canon EOS 400D yangmasih masuk kategori entry level namun untuk ISO 800 masih cukup baik menangani noise, namun bila terpaksa kadang saya menggunakan ISO 1600 yang memang menghasilkan cukup banyak noise pada hasil foto. Ada baiknya bila dalam tahapan merencanakan membeli / mengupgrade kamera , gunakanlah jenis jenis terbaru dari kamera DSLR , karena selain ISO sensitivitas yang cukup tinggi ,fitur2x yang dihasilkan juga jauh lebih canggih .

Lensa

Semuanya bergantung dengan venue, posisi pengambilan gambar dan juga tingkat intensitas pencahayaan di panggung. Ada baiknya kita menggunakan lensa dengan Aperture / Diafragma yang besar ( f2.8 kebawah ) . Namun kadang harga dari lensa beraperture besar kurang bersahabat bagi fotografer pemula seperti saya. Hal ini bisa diakali dengan menggunakan prime lensa 50mm f1.8 yang relative cukup terjangkau. Saat ini saya menggunakan lensa Tamron 17-50mm f2.8 untuk lensa wide, Tokina 12-24 f4.0 untuk ultrawide dan Canon EF 70-200 f4.0 L/USM untuk lensa tele.

Tetapi lensa terakhir ini jarang digunakan bila kita berada di bibir panggung , karena kebanyakan jarak antara fotografer dan artis itu sangat dekat, bisa jadi hanya 1 M saja. Jadi kalau memang nantinya kita berada tepat di bibir panggung, banyaklah gunakan lensa Wide atau lensa fix / prime lens dengan Diafragma besar.. Seperti fotografi pada umumnya, kuncinya adalah cahaya. Pencahayaan bagus, pose yang pas, posisi pengambilan yang tepat , anda akan mendapatkan foto yang sempurna .

Rekomendasi Lensa dan Kamera

Berdasarkan pengalaman dan berdiskusi dengan sesama penggiat fotografi. Ada beberapa jenis kamera dan Lensa yang bisa saya rekomendasikan untuk digunakan pada foto konser . Kebanyakan gears dan peralatan fotografi memang cukup mahal, tapi dengan pemilihan yang tepat, kita bisa mendapatkan peralatan yang sesuai dengan budget dan kantong kita . Mohon maaf karena saya pengguna Canon, saya rekomendasikan gears kebanyakan merk Canon (bukan promosi :D )

Fix Lens / Prime Lens

Fix Lens yang direkomendasikan adalah Canon EF 50mm f1.4 , karena diafragma yang cukup besar ini bisa menangkap moment yang baik selama pertunjukan. Bila terasa kurang pas dari sisi komposisi., nantinya pada saat post-processing bisa diproses lebih lanjut. Jenis lensa fix yang digemari oleh fotografer lainnya adalah EF 50mm f1.8, lensa yang terkenal dengan ketajamannya dan harganya relative terjangkau ini bisa mencover kebutuhan kita akan bukaan/ aperture yang besar.

Wide Lens ( lensa wide )

Lensa utama yang sangat direkomendasikan oleh banyak fotografer di dunia adalah Canon EF 24-70mm f2.8 L USM dan Canon 16-35mm f2.8 L USM dari Canon yang bisa mengcover range dari sisi wide ke medium range, sangat baik performa nya untuk low-light lens. Tapi lensa ini baik untuk full frame body, misalnya EOS 5D atau EOS 1D yang tentunya cukup mahal harganya. Bila kita masih menggunakan kamera dengan crop factor APS-C, akan terasa kurang wide, maka alangkah baiknya kita menggunakan lensa lain, saya rekomendasikan jenis lensa Canon EF-S 17-55mm f2.8 IS USM atau Canon EF 17-40mm f4.0L USM. USM adalah teknologi ultrasonic motor yang terdapat pada lensa untuk mempercepat proses autofokus yang sangat berguna untuk mengcapture moment aktifitas di panggung Bila terasa kedua lensa itu tidak sesuai dengan kantong, ada baiknya beralih ke lensa 3rd party yang memiliki kualitas dan ketajaman relative seimbang dengan lensa tersebut adalah Tokina 16-50mm f2.8 dan Tamron 17-50mm f2.8.

Lensa Tele

Lensa Canon EF 70-200mm f2.8L IS USM jelas merupakan pilihan utama, disamping fitur telephoto yang prima, diafragma yang cukup besar dan lensa seri L yang merupakan lensa dengan kualitas terbaik yang dikeluarkan oleh pihak Canon menjadi jaminan ketajaman dari lensa ini. Thus, apakah fitur IS diperlukan ? Ya jelas diperlukan, tapi fitur IS ini adalah image stabilizer yang menghindari camera shaking atau goyangan pada kamera terutama pada kecepatan pengambilan dengan rana rendah, maka IS ini akan sangat berguna. Pada concert photography yang diutamakan adalah kecepatan Autofokus dari lensa yang membantu ‘freeze’ dari objek sehingga kualitas foto menjadi tajam, sehingga fitur USM akan jauh lebih berguna dibanding fitur IS pada lensa. Nantinya cukup menggunakan lensa Canon EF 70-200mm F2.8 L USM atau bisa dengan menggunakan Canon EF 70-200mm f4.0 L USM yang paling murah diantara seri lensa zoom dari Canon.

Body Kamera

High ISO adalah kuncinya, kita harus memperhatikan fitur dari lensa ini. Selain dari fitur High ISO, bila kamera kita memiliki kemampuan Spot atau Partial Metering hal ini adalah nilai tambah sendiri, karena kamera kita memiliki kemampuan untuk menyeleksi area dengan intensitas cahaya lebih dibanding yang lain yang cocok untuk lowlight photography. Body Kamera DSLR saat ini sudah banyak mengcover fitur fitur diatas, diantaranya Canon EOS 40D atau yang terbaru EOS 50D, di sisi pemula bisa mulai dengan Canon EOS 450D atau di sisi professional bisa dengan Canon EOS 5D mkII sampai EOS -1Ds Mark III .
Tapi bila budget kita tidak sampai membeli kamera SLR, maka kamera prosumer seperti Canon G10 , Panasonic Lumix Fz50 cukup baik untuk menutupi kebutuhan anda akan body dan lensa yang cukup baik untuk pemotretan panggung.

Setting pada Kamera

ISO
ISO adalah nilai ukuran banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera akan direkam oleh Sensor (misalnya CMOS atau CCD), sehingga akan menghasilkan gambar. ISO adalah kepekaan dari Sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO nya, semakin peka sensornya, sehingga gambarnya akan semakin terang. Yang sering terdapat di dalam kamera digital saat ini adalah ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, IS00 1600, ISO 3200. Jadi misalnya ketika Anda menggunakan ISO 200, maka hasil foto tadi akan lebih gelap dibanding saat menggunakan ISO 1600, semua diasumsikan settingan lain tidak ada yang kita ubah sama sekali dan kondisi cahaya di sekitar objek sama.
Untuk setting foto panggung, biasanya menggunakan ISO tinggi, mulai dari ISO 800 , tapi bila pencahayaan kurang, kita bisa naikkan nilai ISO kita ke nilai yang lebih tinggi, sesuai setting kamera kita, misalnya ke nilai 1600,3200 ,6400. Walaupun banyak noise dan grainy yang dihasilkan, hal ini nanti kita bisa kita perbaiki pada proses post processing.

Metering

Jika setting kamera kita terdapat setting untuk mengubah tipe metering pencahayaan, ada baiknya kita ubah ke tipe spot metering. Bila tidak tersedia, tipe partial metering bisa digunakan, hal ini untuk memberikan tingkat kesensitifitasan kamera pada area yang terkena cahaya, sehingga lampu background tidak akan mempengaruhi tingkat exposure dari objek foto. Biasanya partial metering dan spot metering berguna untuk meningkatkan detail objek ketika artis terkena lampu sorot ( spotlight) dari sisi depan, contoh konser Malevolent Creation dan As I Lay Dying.

Aperture / Diafragma

Didalam lensa terdapat istilah bukaan Diafragma atau disebut Aperture yang berguna untuk mengatur jumlah cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera. Bukaan-nya semakin diperbesar, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak dan hasil foto akan semakin terang, dan tentunya bila bukaannya semakin diperkecil, maka cahaya yang masuk akan semakin sedikit dan hasil foto akan semakin gelap. Untuk memberikan input cahaya sebanyak mungkin pada kamera, maka bukaan aperture atau diafragma harus besar, atau nilainya lebih kecil dari f2.8. Intinya dengan kondisi pencahayaan terbatas dan kita harus mengambil moment gerakan dan aktifitas di panggung, kuncinya kembali pada bukaan diafragma yang harus besar. Perlu diingat juga, bila kita menggunakan lens-kit bawaan dari body camera, kita hanya memiliki f3.5- 5.6 yang sebenarnya kurang baik bagi pemotretan panggung. Faktor post-processing yang berperan sekali bila kita mengandalkan lens-kit untuk pemotretan ini

Shutter Speed / Kecepatan Rana

Dalam situasi low light , biasanya kita menggunakan tripod untuk mendapatkan foto dengan exposure cukup baik. Namun dalam foto panggung tentunya hal ini tidak dimungkinkan. Nilai Shutter Speed yang direkomendasikan oleh beberapa artikel di internet khusus untuk foto panggung ini sama dengan action shot , yaitu minimal di angka 1/50 – 1/60 detik, makin cepat nilai kecepatan rana ini maka moment yang didapat akan makin baik dan tentunya lebih tajam. Tetapi biasanya kompensasi dari hal itu semua tergantung nilai dari aperture / diafragma diatas. Di dalam situasi seperti ini, tak jarang kita mendapatkan hasil foto yang ‘shaking’ atau kurang tajam . Hal ini diakibatkan oleh nilai kecepatan rana yang tidak bisa mendapatkan ‘freeze’ moment dari aktifitas yang ada di panggung.
Memang, pada akhirnya nantinya kita bisa naikkan kontras, level dan saturasi warna bila mendapatkan gambar yang underexpose, namun ada baiknya kita mendapatkan foto dengan kualitas terbaik, sehingga tidak sulit pada post processing

Setting kamera - Aperture Priority (AV) dan Shutter Priority (TV) ?

Jika kita masih belum terbiasa dengan setting full Manual di kamera kita, coba lihat di kamera kita, adakah tulisan AV yang berarti Aperture Priority atau TV – Speed Priority? Bila terdapat 2 setting tersebut, pertama coba mengambil gambar dengan AV, ubah bukaan lensa ke nilai maximum, misalnya 2.8 atau 1.8 , apakah anda mendapatkan foto yang baik ? AV atau aperture priority adalah setting semi otomatis dengan menggunakan pengaturan nilai Diafragma secara manual, dengan setting Kecepatan rana secara otomatis. Biasanya bila kita melakukan foto panggung di malam hari, setting ini kurang dapat digunakan. GUnakanlah setting TV / Speed Priority yang memberikan kita pengaturan Aperture secara otomatis namun kita bisa mengatur nilai kecepatan rana / shutter speed nantinya.
Bila ternyata foto yang diambil masih ‘underexposure’ tambahkan nilai Exposure Compensation . .Di dalam mode TV ini, anda memilih shutter speed secara manual dan meter kamera anda akan memilih aperture secara otomatis. Sama dengan Aperture Priority tetapi kali ini yang anda prioritaskan adalah kecepatan, dalam kata lain yang anda bisa ngatur itu adalah kecepatan rana dan kamera anda akan mengatur Aperture secara otomatis .

Teknik pengambilan Foto

Konsep teknik pengambilan foto pada foto panggung, didasarkan pada teknik action shots yang lebih dikenal dengan konsep Panning. Pada dasarnya panning ada dua jenis :
a. FREEZE MOTION = Capture moment gerakan yang terekam dalam foto,sehingga objek seakan ‘terjebak’ dalam suatu moment atau ‘freeze’
b. IMPLYING MOTION = Capture moment yang ada tapi menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek gerakan

Teknik pengambilan foto panggung dapat dimaksimalkan penggunaan Shutter Priority ini dalam 2 teknik tadi. Freeze Motion biasanya diambil dalam kecepatan tinggi diatas 1/100 . SedangakN Implying Motion bisa didapatkan dengan kecepatan sedikit lebih rendah dibandingkan Freeze Motion, biasanya 1/25 – 1/50 . Sering seringlah melihat hasil dari foto dan moment yang diambil, sehingga kita bisa mendapatkan kualitas foto yang terbaik dari moment yang ada. Ingat dalam foto panggung, tidak semua moment bisa berulang di satu kesempatan. Kadang moment itu bisa lepas begitu saja ketika anda mendapatkan kualitas hasil foto yang tidak maksimal. Semua foto digital akan memiliki EXIF data yang tersimpan selama foto tersebut tidak diretouch secara drastis dan touch up yang berlebihan. Ada baiknya juga kita mengambil semua foto dalam kondisi colorful . Sehingga nantinya kalaupun setting warna tidak kita inginkan kita bisa ubah ke setting warna sephia dan lainnya. Sehingga kadang ada yang merekomendasikan untuk memotret dengan RAW format, atau JPEG maximum, sehingga tidak menyulitkan dalam pengolahan foto nantinya.

Tips dan trik

Pelajari kondisi panggung dan tata cahaya
Saya sering berpikir bahwa concert photography adalah sebuah tantangan yang mengharuskan kita mengambil foto dan moment dengan cepat sesuai karakter musisi dan artis yang sedang tampil, dan tentunya ‘under pressure’ baik dari kondisi tak terduga, akses yang terbatas juga blocking dari suasana dan orang sekitar kita. Oleh karena itu, kita harus bisa memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan beberapa foto dengan kualitas yang baik dengan mempelajari terlebih dahulu secara singkat, kondisi panggung, tata cahaya dan posisi dimana kita berdiri untuk mendapatkan moment yang tepat.

Disamping itu, biasanya tata cahaya dan lampu di panggung memiliki pola atau patterns yang bisa ditebak seiring dengan flow dari konsep pertunjukan. Kita harus bisa mengambil moment yang tepat dari pola tata cahaya tersebut., tentunya dengan timing dan waktu yang pas pula. Perhatian kita harus tercurah pada lighting yang ada, jangan sampai mengganggu ekspresi dari artis atau objek yang akan kita ambil fotonya. Biasanya struktur dari tata lampu dan tata cahaya akan mengikuti lagu yang dibawakan oleh sang artis, sehingga ekspresi dan alur gerak dari sang artis akan sesuai dengan pola dari tata cahaya yang ada dan hal ini memberikan pattern atau pola yang menarik dan kadang tidak terulang di lagu berikutnya. Ada baiknya juga menonton DVD atau rekaman konser sang artis untuk mempelajari arah gerakan dan tata cahaya yang biasanya menjadi ‘trade mark’ dari seorang artis di suatu pertunjukan. Fotografer yang berpengalaman di foto panggung ini tentunya akan dapat menangkap moment yang dapat menggabungkan nilai estetika yang melingkupi tata cahaya, alur gerak sang artis dan juga kondisi panggung yang ada .

Pelajari Ritme dan flow pertunjukan / Visual Rhythm
Seperti telah disebut diatas, bahwa mengambil moment pada foto panggung ini gampang gampang sulit, karena kita harus dihadapkan dalam beberapa keterbatasan. Tips dari saya, biasakanlah mempelajari rekaman pertunjukan dari artis yang bersangkutan, biasanya artis akan memiliki setlist standar yang dapat kita pelajari arah gerak dan ekspresi yang bisa terekam dengan baik . Bila kita belum sempat mengapresiasi rekaman pertunjukan sang artis, ada baiknya kita langsung merekam secara utuh konsep dari pertunjukan mereka di lagu pertama. Biasana fotografer akan berebutan untuk mengambil momen di lagu pertama . Namun justru di lagu pertama ini biasanya tata lampu belum maksimum dan artis masih beradaptasi dengan kondisi panggung sehingga ekspresi belum maksimal, nah kesempatan anda untuk mempelajari situasi dan mencoba setting dari kamera, apakah speed sudah cocok, aperture sudah OK, exposure compensation sudah pas ..dan lainnya.

Gesture dan bahasa tubuh dari seorang artis biasanya ditunjukkan juga pada setiap penampilan mereka. Ada yang berkarakter diam di tempat, atau lincah bergerak dari ujung panggung ke ujung yang lain. Hal ini lah yang perlu kita rekam dengan baik, ambillah moment tanpa mengganggu dan ‘blocking’ sudut bidik / angle pengambilan foto fotografer lain. Tetap tenang, sabar dan tidak usah terburu buru dalam merebut angle atau sudut bidik tertentu untuk mengambil sebuah moment. Konser rock biasanya penuh dengan action dan expresi, disini moment yang bagus bisa diambil misalnya ketika sang penyanyi / vokalis mengajak penonton untuk bernyanyi pada chorus, atau moment gitaris meloncat, atau ada yang stage diving dan lain nya. Proses bahasa tubuh dan moment yang ada selama pertunjukan akan terekam secara baik bila kita dapat memanfaatkan flow / ritme pertunjukan dengan sudut pengambilan yang kita dapatkan. Kita bisa pindah posisi ke kiri – kanan – depan panggung selama hal itu tidak mengganggu orang lain. Pada akhirnya kita bisa mendapatkan foto foto yang artistic dan atraktif dari pertunjukan tersebut.

Etiquette

Etika dalam melakukan pengambilan gambar atau foto biasanya tak lepas dari attitude seorang fotografer, just be nice pada orang sekitar kita, sebab ini bukan pertunjukan milik kita dan kita sangat beruntung mendapatkan posisi tepat di depan panggung yang kadang didapat secara gratis gara gara kita miliki ID pers .Bila kita mengambil foto dari arah penonton, ada baiknya kita mengambil dari arah depan secara frontal terhadap panggung dan jangan lupa permisi dengan orang di sekeliling kita yang mungkin terganggu dengan aktifitas kita.

Jika anda ingin pindah lokasi ke kiri – kanan panggung, coba lah tepuk pundak orang di sekitar kita dan bilang ‘ permisi mas’ atau ‘maaf’ sehingga kita bisa bergerak berpindah tempat ke area baru untuk mendapatkan ‘angle ; sudut yang berbeda. Jika kita berlaku seperti itu, pasti kita dihargai oleh fotografer lain. Tetapi jika kita berlaku main seruduk kiri – kanan dan tanpa basa basi pindah angle dan melakukan ‘blocking’ terhadap angle orang lain hal tersebut tentu saja ‘annoying’ dan mengganggu sekali, dan justru hal ini lah yang sering saya temui di ‘pit’ bibir panggung pertunjukan akhir akhir ini, terutama konser rock.
Dan terakhir, kita harus menghargai tim keamanan / security di panggung pertunjukan. Jika mereka menyuruh kita untuk tidak mengambil foto , ya sudah berarti waktu memotret kita sudah selesai, tinggal masukan kamera anda pada tas kamera dan enjoy the rest of the show

Minggu, 22 Agustus 2010

Belajar sedikit tentang komposisi fotografi yukk...


Komposisi dalam Fotografi


Komposisi diertikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini merangkumi garis, shape,form, warna, terang dan gelap.Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berkarya dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu mengatur sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, adakah itu untuk menyampaikan kesan statik dan diam atau sesuatu yang mengejutkan atau berbeza. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi kerana penyusunan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau kehebatan subjek dibandingkan dengan persekitarannya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.

Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki keseimbangan yang baik. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna gelap. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila diperlukan mungkin anda akan memerlukan komposisi anda seluruhnya secara simetri. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamik dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembahagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamik diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi kerana adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesahkan adanya suatu gerakan.

· Garis
Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pemerhati pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting samada garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamik.

· Shape
Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi keutamaan pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita menganggap shape sebagai outline yang tercipta kerana sebuah shape terbentuk pada inti, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualiti abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu banyak. Kontras ini terjadi akibat daripada perbezaan gelap terang atau perbezaan warna.

Sebuah shape sudah tentu tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang mempunyai dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualiti gambar.

· Form
Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, form diperlukan untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk mencipta kesan kedalaman dan realiti. Kualiti ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualiti cahaya yang mengenai objek tersebut.

· Tekstur
Sebuah foto dengan gambar tekstur yang menonjol adalah merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisasi pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subjek anda.

Tekstur dapat dilihat jelas pada dua sisi yang berzeda. Ada tekstur yang dapat dijumpai bila kita mendekatkan diri pada subjek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya semasa ingin merakam tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula masa dimana kita harus mengulangi kerana subjek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.

Merakam tekstur dianggap berhasil bila perakam dapat menghubungkan sedemikian rupa sehingga pemerhati foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.

· Pattern
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan harmoni dalam gambar. Tapi jika terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahsia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut viewfinder kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.

Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

· Rule of thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.

· Format : Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan rakaman dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbezaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeza pada komposisi akhir. Lihatlah pada viewfinder secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.

· Keep it simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat rumit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin banyak subjek sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cuba memfokus hanya pada satu titik perhatian dan maksimakan daya tarikannya.

· Picture scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik kerana ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan rakaman landscape atau monument, kembangkan daya tarikan perakam dengan menambahkan objek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.

· Horizontal
Mengubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya ditinggalkan sedikit di bahagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.

· Leading Lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintasi gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :

Garis-garis yang terlihat secara fizik contohnya garisan jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.

· Be different
Barangkali ada sudut lain yang dapat diambil selain sudut dari depan dan merakam paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.

· Colour
Membuat bahagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk mendapatkannya adalah memperoleh subjek yang warna atau tone nya berbeza secara radikal dengan background.

· Framing
Bila subjek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuhkan frame dengan subjek. Samada dengan cara menggunakan lensa dan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subjek.

· Shooting position
Ketika kita merasa bosan dengan komposisi yang sama, cubalah mengubah sudut pandangan sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan sudut dari atas atau bawah dari subjek.

· Number of subject
Merakam dengan banyak subjek yang relatif seragam kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subjek yang ‘berbeza’ diantara kebanyakan subjek tersebut. Berbeza diertikan sebagai berbeza gerakan, bentuk dan warna.